Rabu, 13 Februari 2013

defisit perawatan diri



BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktifitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygene), berpakaian/berhias,makan,dan BAB/BAK (toileting).
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, ( Poter. Perry , 2005).
kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah 2000).

B.       Jenis-jenis Perawatan diri
1.         Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
2.         Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
3.         Kurang perawatan diri : Makan. 
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.
4.         Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79 ).
C.      Etiologi Defisit Perawatan Diri
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000),  Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :
1.         Kelelahan fisik
2.         Penurunan kesadaran
Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah :
1.         Faktor prediposisi
a.         Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b.        Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c.         Kemampuan Realitas Turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d.        Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
2.         Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

Menurut Depkes (2000: 59),  Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
1.         Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2.         Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3.         Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4.         Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5.         Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6.         Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7.         Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene, antara lain:
1.         Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2.         Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
D.      Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri
1.         Mandi/hygene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.
2.         Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian, dan mengenakan sepatu.
3.         Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, memprsiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah pakaian, menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka kontainer, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu dimasukannya di mulut, melengkapi makan, mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
4.         BAB/BAK (Toileting)
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.
Keterbatasan perawatan diri di atas biasanya diakibatkan karena stressor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa mengalami harga diri rendah), sehingga dirinya tidak mau mengurusatau merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian. Berhias, makan, maupun BAB dan BAK. Bila tidak dilakukan intervensi oleh perawat, maka kemungkinan klien bisa mengalami masalah resiko tinggi isolasi sosial.
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
1.         Fisik
Badan bau, pakaian kotor. Rambut dan kulit kotor. Kuku panjang dan kotor Gigi kotor disertai mulut bau serta penampilan tidak rapi.
2.         Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif.
Menarik diri, isolasi diri. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3.         Sosial
Interaksi kurang.
Kegiatan kurang, Tidak mampu berperilaku sesuai norma. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah :
1.         Data subyektif
a.         Pasien merasa lemah
b.        Malas untuk beraktivitas
c.         Merasa tidak berdaya.
2.         Data obyektif
a.         Rambut kotor, acak – acakan
b.        Badan dan pakaian kotor dan bau
c.         Mulut dan gigi bau.
d.        Kulit kusam dan kotor
e.         Kuku panjang dan tidak terawat
E.       Mekanisme Koping
1.         Regresi
2.         Penyangkalan
3.         Isolasi diri, menarik diri
4.         Intelektualisasi
F.       Rentang Respon Kognitif
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri sendiri :
1.      Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri :
a.         Bina hubungan saling percaya 
b.         Bicarakan tentang pentingnya kebersihan 
c.         Kuatkan kemampuan klien merawat diri 
2.      Membimbing dan menolong klien merawat diri :
a.         Bantu klien merawat diri 
b.         Ajarkan keterampilan secara bertahap 
c.         Buatkan jadwal kegiatan setiap hari 
3.      Ciptakan lingkungan yang mendukung 
a.         Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi 
b.         Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien 
c.         Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien 



G.      Pohon Masalah
   Effect                                         Risiko tinggi isolasi sosial

Defisit Perawatan Diri
Care Problem


 
       Causa                                           Harga Diri Rendah Kronis
Gambar 1.1. Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri
H.      Asuhan Keperawatan
1.          Masalah Keperawatan Yang Sering Muncul :
a.      Defisit Perawatan Diri
b.      Harga Diri Rendah
c.       Resiko tinggi Isolasi Sosial
2.         Data Yang Perlu Dikaji
Masalah Keperawatan
Data Yang Perlu Dikaji
Defisit Perawatan Diri
Subjektif :
1.        Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin, atau di RS tidak tersedia alat mandi.
2.        Klien mengatakan dirinyamalas berdandan.
3.        Klien mengatakan ingin disuapin makan.
4.        Klien mengatajan jarang membersihkan alat kelaminnya stelah BAK maupun BAB.

Objektif :
1.    Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki, dan berbau, serta kuku panjang dan kotor.
2.    Ketidakmampuan berpakaian/berhias ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak bercukur (Laki-laki), atau tidak berdandan (wanita).
3.    Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan mengambilmakan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.
4.    Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai BAB/BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK.
3.         Diagnosis Keperawatan
Defisit Perawatan diri
4.         Rencana Tindakan Keperawatan
a.         Tujuan
Klien mampu melakukan aktifitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi/membersihkan diri, berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK.
b.        Tindakan Keperawatn Untuk Klien
1)        Mengkaji kemampuan melakukan perawatan diri yang meliputi mandi/membersihkan diri, berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK secara mandiri.
2)        Memberikan latihan cara melakukan mandi/membersihkan diri, berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK secara mandiri.
3)        Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang perawata diri.
c.         Tindakan keperawatan untuk keluarga klien
Keluarga dapat meneruskan melatih klien dan mendukung agar kemampuan klien dalam perawatan dirinya meningkat. Serangkaian intervensi ini dapat saudara lakukan dengan cara sebagai berikut.
1)        Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh klien agar dapat menjaga kebersihan diri.
2)        Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawata dan membantu klien dalam merawat diri (sesuai jadwal yang telah disepakati).
3)        Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atasa keberhasilan klien dalam merawat diri.

5.      Strategi Pelaksana Tindakan Keperawatan
Masalah                 : Defisit Perawatan Diri
Pertemuan             : Ke-1 (Pertama)
a.       Proses Keperawatan
1)        Kondisi
Klien terlihat tidak bersih, rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan berbau, serta kuku panjang dan kuku kotor. Pakaian klien terlihat kotor, tidak bercukur bagi yang laki-laki, dan tidak berdandan bagi yang perempuan. Klien makan berceceran, selain itu makannya juga tidak pada tempatnya. Klien suka BAB/BAK tidak pada tempatnya dan juga tidak membersihkan diri dengan baiksetelah BAB/BAK.
2)        Diagnosis Keperawatan
Defisit Perawatan Diri
3)        Tujuan Khusus/SP 1
a)        Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan kriteria sebagai berikut.
1.         Ekpresi wajah bersahabat.
2.         Menunjukan rasa senang
3.         Klien bersedia berjabat tangan
4.         Klien bersedia menyebutkan nama
5.         Ada kontak mata
6.         Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat
7.         Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya.
b)        Mengidentifikasi kebersihan diri, berdandan, makan, dan BAB/BAK.
c)        Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
d)       Menjelaskan peralatan yang digunakan untuk menjaga kebersihan diri dan cara melakukan kebersihan diri
e)        Memasukkan dalam jadwal kegiatan klien.
4)        Rencana tindakan keperawatan
a)        Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.
1.      Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal.
2.      Perkenalkan diri dengan sopan
3.      Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
4.      Jelaskan tujuan pertemuan
5.      Jujur dan menepati janji
6.      Tunjukan sikat empati dan menerima klien apa adanya
7.      Beri perhatian pada pemenuhan kebutuhan dasar klien.
b)        Identifikasi kemampuan klien dalam melakukan kebersihan diri, berdandan, makan, dan BAB/BAK.
c)        Jelaskan pentingnya kebersihan diri dengan cara memberika penjelasan terhadap pentingnya kebersihan diri, selanjutnya meminta klien menjelaskan kembali pentingnya kebersihan diri.
d)       Jelaskan peralatan yang dibutuhkan dan cara membersihkan diri, dengan tahapan tindakan sebagai berikut
1.      Jelaskan alat yang dibutuhkan dan cara membersihkan diri.
2.      Peragakan cara membersihkan diri dan mempergunakan alat untuk membersihkan diri.
3.      Minta klien untuk memperagakan ulang dan cara kebersuhan diri.
4.      Masukan dalam jadwal kegiatan klien
No.
Pasien
Keluarga
SPIP                                        
SPIk
1.
Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2.
Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri
Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala defisit perawatan diri, dan jenis defisit perawatan diri yang dialami pasien beserta proses terjadinya.
3.
Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
Menjelaskan cara-cara merawat pasien defisit perawatan diri
4.
Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian


SPIIP                                        
SPIIk
1.
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan defisit perawatan diri
2.
Menjelaskan cara makan yang baik
Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat langsung kepada pasien defisit perawatan diri
3.
Membantu pasien mempraktekkan cara makan yang baik

4.
Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian


SPIIIP                                      
SPIIIk
1.
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning)
2.
Menjelaskan cara eliminasi yang baik
Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
3.
Membantu pasien mempraktekkan cara eliminasi yang baik

4.
Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian


SPIVP                                       

1.
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2.
Menjelaskan cara berdandan

3.
Membantu pasien mempraktekkan cara berdandan

4.
Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian


6.       Strategi Komunikasi dan Perencanaan
a.         Fase Orientasi
1)        Salam Terapeutik
”selamat pagi ... Boleh saya kenalan dengan ibu ?Nama saya ... ibu boleh panggil saya ... saya mahasiswa keperawatan ... saya sedang praktek disini dari pukul 08.00-13.00 WIB siang. Kalau boleh saya tau,nama ibu siapa ? dan senangnya di panggil dengan sebutan apa?
2)        Evaluasi / validasi
”bagaimana perasaan Ibu hari ini ?
bagaimana tidurnya semalam?
Ada keluhan tidak ?”
3)        Kontrak
a)         Topik: ” Apakah ibu tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya menurut ibu sebaiknya kita ngobrol tentang apa ? bagaimana kalau kita ngobrol tentang kebersihan diri ?
b)        Waktu : ”berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol ?Ibu maunya berapa menit ? Bagaimana kalau 10 menit ? bisa ?
c)         Tempat : ”dimana kita duduk ? Di teras, di kursi panjang itu, atau dimana ?
b.        Fase Kerja
”Berapa kali Ibu membersihkan diri dalam sehari?”
”Apakah ibu suka berdandan?”
”Alat apa yang Ibu gunakan pada saat makan,menggunakan tangan atau sendok?”
”Apakah Ibu selalu ke kamar mandi jika Ibu ingin BAB/BAK?”
”Apakah Ibu tahu pentingnya kebersihan diri?”
”Bagaimana cara Ibu menjaga kebersihan diri?”
“Apakah Ibu tahu tentang alat-alat yang digunakan untuk membersihkan diri?”
”Bagaimana cara Ibu membersihkan diri?”
“Bagaimana kalau kita belajar cara membersihkan diri?”
“Pertama lepaskan seluruh baju yang dikenakan, lalu siramkan air ke tubuh secara menyeluruh. Gunakan sabun secara merata pada seluruh bagian tubuh dan bilas sampai bersih. Setelah itu menggosok gigi, keringkan badan dengan handukdan ganti pakaian dengan pakaian yang bersih.”
c.         Fase Terminasi
1)        Evaluasi Subjektif
”Bagaimana perasaan Ibu dengan obrola kita tadi? Ibu merasa senang atau tidak dengan latihan tadi?”
2)        Evaluasi Objektif
”Setelah kita berdiskusi panjang lebar, coba sekarang Ibu simpulkan pembicaraan kita tadi? Coba sebutkan cara menjaga kebersihan diri?”
3)        Rencana tindak lanjut
”Kalau Ibu sudah tahu cara membersihkan diri, nanti sat jam 17.00 coba Ibu praktikkan penjelasan saya tadi.”
4)        Kontak yang akan datang
a)         Topik: ”Ibu, Bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang bagaimana cara menjaga kebersihan mulut?”
b)        Waktu: ”Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 09.30 WIB, Bisa ?”
c)         Tempat: ”Kira-kita tempat yang enak buat kita ngobrol besok dimana ya, apa masih disini atau cari tempat lain? Sampai jumpa.”

BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktifitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygene), berpakaian/berhias,makan,dan BAB/BAK (toileting).
Keterbatasan perawatan diri di atas biasanya diakibatkan karena stressor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa mengalami harga diri rendah), sehingga dirinya tidak mau mengurusatau merawat dirinya sendiribaik dalam hal mandi, berpakaian. Berhias, makan, maupun BAB dan BAK. Bila tidak dilakukan intervensi oleh perawat, maka kemungkinan klien bisa mengalami masalah resiko tinggi isolasi sosial.
Adapun tujuan dari rencana tindakan keperawatan pada defisit perwatan diri adalah meningkatkan kemampuan  klien dalam  melakukan aktifitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi/membersihkan diri, berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.
Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006.
Jakarta : Prima Medika.
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta. Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri edisi 3. Jakarta. EGC