BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu
kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan
kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya,
klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan
perawatan diri ( Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah
gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias,
makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Defisit
perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan
kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktifitas perawatan diri secara
mandiri seperti mandi (hygene), berpakaian/berhias,makan,dan BAB/BAK
(toileting).
Personal hygiene adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan
fisik dan psikis, ( Poter.
Perry , 2005).
kurang perawatan diri adalah kondisi
dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah 2000).
B. Jenis-jenis
Perawatan diri
1.
Kurang
perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan
untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
2.
Kurang
perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan
kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
3.
Kurang
perawatan diri : Makan.
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan
untuk menunjukkan aktivitas makan.
4.
Kurang
perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan
untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah :
2004, 79 ).
C. Etiologi
Defisit Perawatan Diri
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000), Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :
1.
Kelelahan
fisik
2.
Penurunan
kesadaran
Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab
kurang perawatan diri adalah :
1.
Faktor
prediposisi
a.
Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
b.
Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
c.
Kemampuan
Realitas Turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
d.
Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2.
Faktor
presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi
deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau
perseptual, cemas, lelah/lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59), Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
1.
Body
Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
2.
Praktik
Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3.
Status
Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun,
pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
4.
Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5.
Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak
boleh dimandikan.
6.
Kebiasaan
seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7.
Kondisi
fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada
masalah personal hygiene, antara lain:
1.
Dampak
fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena
tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa
mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2.
Dampak
psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene
adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
D. Tanda
dan Gejala Defisit Perawatan Diri
1.
Mandi/hygene
Klien
mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau mendapatkan
sumber air, mengatur suhu
atau aliran air mandi, mendapatkan
perlengkapan mandi, mengeringkan
tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.
2.
Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil
potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian.
Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam, memilih
pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik,
melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada
tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian, dan mengenakan sepatu.
3.
Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
memprsiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah pakaian, menggunakan alat
tambahan, mendapatkan makanan, membuka kontainer, memanipulasi makanan dalam
mulut, mengambil makanan dari wadah lalu dimasukannya di mulut, melengkapi makan,
mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau
gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
4.
BAB/BAK
(Toileting)
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam
mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban,
memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan
tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.
Keterbatasan perawatan diri di atas biasanya diakibatkan
karena stressor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa
mengalami harga diri rendah), sehingga dirinya tidak mau mengurusatau merawat
dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian. Berhias, makan, maupun
BAB dan BAK. Bila tidak dilakukan intervensi oleh perawat, maka kemungkinan
klien bisa mengalami masalah resiko tinggi isolasi sosial.
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan
gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
1.
Fisik
Badan bau, pakaian kotor. Rambut dan kulit kotor. Kuku panjang
dan kotor Gigi kotor disertai mulut bau serta
penampilan tidak rapi.
2.
Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif. Menarik diri, isolasi diri. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
Malas, tidak ada inisiatif. Menarik diri, isolasi diri. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3.
Sosial
Interaksi kurang. Kegiatan kurang, Tidak mampu berperilaku sesuai norma. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
Interaksi kurang. Kegiatan kurang, Tidak mampu berperilaku sesuai norma. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah :
1.
Data
subyektif
a.
Pasien
merasa lemah
b.
Malas
untuk beraktivitas
c.
Merasa
tidak berdaya.
2.
Data
obyektif
a.
Rambut
kotor, acak – acakan
b.
Badan
dan pakaian kotor dan bau
c.
Mulut
dan gigi bau.
d.
Kulit
kusam dan kotor
e.
Kuku
panjang dan tidak terawat
E. Mekanisme
Koping
1.
Regresi
2.
Penyangkalan
3.
Isolasi
diri, menarik diri
4.
Intelektualisasi
F. Rentang
Respon Kognitif
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga
bagi klien yang tidak dapat merawat diri sendiri :
1.
Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan
diri :
a.
Bina hubungan saling percaya
b.
Bicarakan tentang pentingnya
kebersihan
c.
Kuatkan kemampuan klien merawat
diri
2.
Membimbing dan menolong klien merawat
diri :
a.
Bantu klien merawat diri
b.
Ajarkan keterampilan secara
bertahap
c.
Buatkan jadwal kegiatan setiap
hari
3.
Ciptakan lingkungan yang mendukung
a.
Sediakan perlengkapan yang diperlukan
untuk mandi
b.
Dekatkan peralatan mandi biar mudah
dijangkau oleh klien
c.
Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman
bagi klien
G. Pohon
Masalah
Effect
Risiko
tinggi isolasi sosial
Defisit
Perawatan Diri
|
Care Problem
Causa Harga
Diri Rendah Kronis
Gambar 1.1. Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri
H. Asuhan
Keperawatan
1.
Masalah Keperawatan Yang Sering Muncul :
a.
Defisit
Perawatan Diri
b.
Harga
Diri Rendah
c.
Resiko
tinggi Isolasi Sosial
2.
Data Yang Perlu Dikaji
Masalah
Keperawatan
|
Data Yang Perlu Dikaji
|
Defisit
Perawatan Diri
|
Subjektif
:
1.
Klien mengatakan dirinya malas mandi
karena airnya dingin, atau di RS tidak tersedia alat mandi.
2.
Klien mengatakan dirinyamalas
berdandan.
3.
Klien mengatakan ingin disuapin
makan.
4.
Klien mengatajan jarang membersihkan
alat kelaminnya stelah BAK maupun BAB.
Objektif :
1. Ketidakmampuan
mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki, dan berbau, serta kuku panjang dan kotor.
2. Ketidakmampuan
berpakaian/berhias ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor dan
tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak bercukur (Laki-laki), atau tidak
berdandan (wanita).
3. Ketidakmampuan
makan secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan mengambilmakan sendiri,
makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.
4. Ketidakmampuan
BAB/BAK secara mandiri ditandai BAB/BAK tidak pada tempatnya, tidak
membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK.
|
3.
Diagnosis
Keperawatan
Defisit Perawatan
diri
4.
Rencana
Tindakan Keperawatan
a.
Tujuan
Klien mampu
melakukan aktifitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi/membersihkan
diri, berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK.
b.
Tindakan
Keperawatn Untuk Klien
1)
Mengkaji
kemampuan melakukan perawatan diri yang meliputi mandi/membersihkan diri,
berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK secara mandiri.
2)
Memberikan latihan cara melakukan
mandi/membersihkan diri, berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK secara mandiri.
3)
Keluarga mampu merawat anggota keluarga
yang mengalami masalah kurang perawata diri.
c.
Tindakan keperawatan untuk keluarga
klien
Keluarga dapat meneruskan melatih klien dan
mendukung agar kemampuan klien dalam perawatan dirinya meningkat. Serangkaian
intervensi ini dapat saudara lakukan dengan cara sebagai berikut.
1)
Diskusikan dengan keluarga tentang
fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh klien agar dapat menjaga
kebersihan diri.
2)
Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam
merawata dan membantu klien dalam merawat diri (sesuai jadwal yang telah
disepakati).
3)
Anjurkan
keluarga untuk memberikan pujian atasa keberhasilan klien dalam merawat diri.
5.
Strategi
Pelaksana Tindakan Keperawatan
Masalah : Defisit Perawatan Diri
Pertemuan :
Ke-1 (Pertama)
a.
Proses
Keperawatan
1)
Kondisi
Klien terlihat
tidak bersih, rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan berbau, serta kuku
panjang dan kuku kotor. Pakaian klien terlihat kotor, tidak bercukur bagi yang
laki-laki, dan tidak berdandan bagi yang perempuan. Klien makan berceceran,
selain itu makannya juga tidak pada tempatnya. Klien suka BAB/BAK tidak pada
tempatnya dan juga tidak membersihkan diri dengan baiksetelah BAB/BAK.
2)
Diagnosis
Keperawatan
Defisit Perawatan
Diri
3)
Tujuan
Khusus/SP 1
a)
Klien
dapat membina hubungan saling percaya, dengan kriteria sebagai berikut.
1.
Ekpresi
wajah bersahabat.
2.
Menunjukan
rasa senang
3.
Klien
bersedia berjabat tangan
4.
Klien
bersedia menyebutkan nama
5.
Ada
kontak mata
6.
Klien bersedia duduk berdampingan dengan
perawat
7.
Klien
bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya.
b)
Mengidentifikasi
kebersihan diri, berdandan, makan, dan BAB/BAK.
c)
Menjelaskan
pentingnya kebersihan diri
d)
Menjelaskan
peralatan yang digunakan untuk menjaga kebersihan diri dan cara melakukan
kebersihan diri
e)
Memasukkan
dalam jadwal kegiatan klien.
4)
Rencana
tindakan keperawatan
a)
Bina
hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.
1. Sapa
klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal.
2. Perkenalkan
diri dengan sopan
3.
Tanyakan
nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
4.
Jelaskan
tujuan pertemuan
5.
Jujur
dan menepati janji
6.
Tunjukan
sikat empati dan menerima klien apa adanya
7.
Beri
perhatian pada pemenuhan kebutuhan dasar klien.
b)
Identifikasi
kemampuan klien dalam melakukan kebersihan diri, berdandan, makan, dan BAB/BAK.
c)
Jelaskan
pentingnya kebersihan diri dengan cara memberika penjelasan terhadap pentingnya
kebersihan diri, selanjutnya meminta klien menjelaskan kembali pentingnya
kebersihan diri.
d)
Jelaskan
peralatan yang dibutuhkan dan cara membersihkan diri, dengan tahapan tindakan
sebagai berikut
1.
Jelaskan
alat yang dibutuhkan dan cara membersihkan diri.
2.
Peragakan
cara membersihkan diri dan mempergunakan alat untuk membersihkan diri.
3.
Minta
klien untuk memperagakan ulang dan cara kebersuhan diri.
4.
Masukan
dalam jadwal kegiatan klien
No.
|
Pasien
|
Keluarga
|
SPIP
|
SPIk
|
|
1.
|
Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
|
Mendiskusikan
masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
|
2.
|
Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri
|
Menjelaskan
pengertian, tanda dan gejala defisit perawatan diri, dan jenis defisit
perawatan diri yang dialami pasien beserta proses terjadinya.
|
3.
|
Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
|
Menjelaskan
cara-cara merawat pasien defisit perawatan diri
|
4.
|
Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
|
|
|
SPIIP
|
SPIIk
|
1.
|
Mengevaluasi
jadwal kegiatan harian pasien
|
Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan
defisit perawatan diri
|
2.
|
Menjelaskan
cara makan yang baik
|
Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat langsung
kepada pasien defisit perawatan diri
|
3.
|
Membantu
pasien mempraktekkan cara makan yang baik
|
|
4.
|
Menganjurkan
pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
|
|
|
SPIIIP
|
SPIIIk
|
1.
|
Mengevaluasi
jadwal kegiatan harian pasien
|
Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum obat (discharge planning)
|
2.
|
Menjelaskan
cara eliminasi yang baik
|
Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
|
3.
|
Membantu
pasien mempraktekkan cara eliminasi yang baik
|
|
4.
|
Menganjurkan
pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
|
|
|
SPIVP
|
|
1.
|
Mengevaluasi
jadwal kegiatan harian pasien
|
|
2.
|
Menjelaskan
cara berdandan
|
|
3.
|
Membantu
pasien mempraktekkan cara berdandan
|
|
4.
|
Menganjurkan
pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
|
|
6. Strategi
Komunikasi dan Perencanaan
a.
Fase
Orientasi
1)
Salam
Terapeutik
”selamat pagi ...
Boleh saya kenalan dengan ibu ?Nama saya ... ibu boleh panggil saya ... saya
mahasiswa keperawatan ... saya sedang praktek disini dari pukul 08.00-13.00 WIB
siang. Kalau boleh saya tau,nama ibu siapa ? dan senangnya di panggil dengan
sebutan apa?
2)
Evaluasi
/ validasi
”bagaimana perasaan
Ibu hari ini ?
bagaimana tidurnya
semalam?
Ada keluhan tidak
?”
3)
Kontrak
a)
Topik:
” Apakah ibu tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya menurut ibu sebaiknya
kita ngobrol tentang apa ? bagaimana kalau kita ngobrol tentang kebersihan diri
?
b)
Waktu
: ”berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol ?Ibu maunya berapa menit ? Bagaimana
kalau 10 menit ? bisa ?
c)
Tempat
: ”dimana kita duduk ? Di teras, di kursi panjang itu, atau dimana ?
b.
Fase
Kerja
”Berapa kali Ibu membersihkan diri dalam sehari?”
”Apakah ibu suka berdandan?”
”Alat apa yang Ibu gunakan pada saat makan,menggunakan
tangan atau sendok?”
”Apakah Ibu selalu ke kamar mandi jika Ibu ingin
BAB/BAK?”
”Apakah Ibu tahu pentingnya kebersihan diri?”
”Bagaimana
cara Ibu menjaga kebersihan diri?”
“Apakah
Ibu tahu tentang alat-alat yang digunakan untuk membersihkan diri?”
”Bagaimana
cara Ibu membersihkan diri?”
“Bagaimana
kalau kita belajar cara membersihkan diri?”
“Pertama
lepaskan seluruh baju yang dikenakan, lalu siramkan air ke tubuh secara
menyeluruh. Gunakan sabun
secara merata pada seluruh bagian tubuh dan bilas sampai bersih. Setelah itu
menggosok gigi, keringkan badan dengan handukdan ganti pakaian dengan pakaian
yang bersih.”
c.
Fase
Terminasi
1)
Evaluasi
Subjektif
”Bagaimana perasaan
Ibu dengan obrola kita tadi? Ibu merasa senang atau tidak dengan latihan tadi?”
2)
Evaluasi
Objektif
”Setelah kita
berdiskusi panjang lebar, coba sekarang Ibu simpulkan pembicaraan kita tadi?
Coba sebutkan cara menjaga kebersihan diri?”
3)
Rencana
tindak lanjut
”Kalau Ibu sudah
tahu cara membersihkan diri, nanti sat jam 17.00 coba Ibu praktikkan penjelasan
saya tadi.”
4)
Kontak
yang akan datang
a)
Topik:
”Ibu, Bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang bagaimana cara menjaga
kebersihan mulut?”
b)
Waktu:
”Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 09.30 WIB, Bisa ?”
c)
Tempat:
”Kira-kita tempat yang enak buat kita ngobrol besok dimana ya, apa masih disini
atau cari tempat lain? Sampai jumpa.”
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Defisit perawatan
diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan
dalam melakukan atau melengkapi aktifitas perawatan diri secara mandiri seperti
mandi (hygene), berpakaian/berhias,makan,dan BAB/BAK (toileting).
Keterbatasan perawatan diri di atas biasanya diakibatkan
karena stressor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa
mengalami harga diri rendah), sehingga dirinya tidak mau mengurusatau merawat
dirinya sendiribaik dalam hal mandi, berpakaian. Berhias, makan, maupun BAB dan
BAK. Bila tidak dilakukan intervensi oleh perawat, maka kemungkinan klien bisa
mengalami masalah resiko tinggi isolasi sosial.
Adapun tujuan dari rencana tindakan keperawatan pada defisit perwatan
diri adalah meningkatkan kemampuan klien dalam
melakukan aktifitas perawatan diri secara
mandiri seperti mandi/membersihkan diri, berpakaian/berhias, makan, dan
BAB/BAK.
DAFTAR
PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku
Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Depkes. 2000. Standar Pedoman
Perawatan jiwa.
Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri.
Edisi 7. Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa
UI . Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan
Jiwa. Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001.
Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar
Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku
Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta : Prima Medika.
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta : Prima Medika.
Stuart, GW. 2002. Buku Saku
Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta. Townsend,
Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri edisi 3.
Jakarta. EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar