BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Hemoragic Post Partum.
Hemoragic post partum
(perdarahan postpartum) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam
pertama setelah lahirnya bayi (William,1981). Perdarahan post
partum didefinisikan sebagai hilangnya 500 ml atau lebih darah setelah anak
lahir. Pritchard dkk mendapatkan bahwa sekitar 5% wanita yang melahirkan
pervaginam kehilangan lebih dari 1000 ml darah.
Namun, menurut Doengoes
(2001), perdarahan postpartum adalah hilangnya darah lebih 500 ml selama atau
setelah melahirkan.
Dengan pengukuran kuantitatif, ternyata batasan tersebut
tidak terlalu cepat, karena terbukti bahwa darah yang keluar pada persalinan
per vaginam umumnya lebih dari 500 ml, dan ini merupakan salah satu penyebab
mortalitas pada ibu.
Perdarahan postpartum dapat dibagi menajadi dua.
1. Perdarahan postpartum awal (sampai 24 jam setelah
kelahiran)
2. Perdarahan postpartum lambat (sampai 28 jam setelah
kelahiran).
B.
Pemeriksaan Untuk Mendiagnosa Perdarahan Post Partum
1.
Anamnesis
Anamnesis adalah cara pemeriksaan yang dilakukan dengan
wawancara baik langsung pada pasien (Auto anamnese) atau pada orang tua atau
sumber lain (Allo anamnese) 80% untuk menegakkan diagnosa didapatkan dari
anamnesis.
Tujuan anamnesis yaitu untuk mendapatkan keterangan
sebanyak-banyaknya mengenai kondisi pasien, membantu menegakkan diagnosa
sementara. Ada beberapa kondisi yang sudah dapat ditegaskan dengan anamnesis
saja, membantu menentukan penatalaksanaan selanjutnya.
Anamnesis yang baik merupakan tiang utama diagnosis.
Anamnesis dimulai dengan mencari keterangan mengenai nama, alamat, umur, jenis
kelamin, pekerjaan, dan sebagainya. Keterangan yang didapat ini kadang sudah
memberi petunjuk permulaan kepada kita.
Berdasarkan
anamnesis yang baik dokter akan menentukan beberapa hal mengenai hal-hal
berikut:
a. Penyakit
atau kondisi yang paling mungkin mendasari keluhan pasien (kemungkinan
diagnosis)
b. Penyakit
atau kondisi lain yang menjadi kemungkinan lain penyebab munculnya keluhan
pasien (diagnosis banding)
c. Faktor-faktor
yang meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit tersebut (faktor predisposisi
dan faktor risiko)
d. Kemungkinan
penyebab penyakit (kausa/etiologi)
e. Faktor-faktor
yang dapat memperbaiki dan yang memperburuk keluhan pasien (faktor prognostik,
termasuk upaya pengobatan)
f. Pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang medis yang diperlukan untuk menentukan
diagnosisnya
Riwayat obstetric:
a. Riwayat
menstruasi meliputi: menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya, keluhan waktu
haid, HPHT.
b. Riwayat
perkawinan meliputi: usia kawin, kawin yang keberapa, usia mulai hamil.
c. Riwayat
hamil, persalinan dan nifas yang lalu.
d. Riwayat
hamil meliputi: waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus, retensi
plasenta.
e. Riwayat
persalinan meliputi: tua kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat bersalin,
apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau mati, berat badan anak
waktu lahir, panjang waktu lahir.
f. Riwayat
nifas meliputi: keadaan luka, apakah ada pendarahan, ASI cukup atau tidak dan
kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi.
g. Riwayat
kehamilan sekarang.
1) Hamil
muda, keluhan selama hamil muda.
2)
Hamil tua, keluhan selama hamil tua,
peningkatan berat badan, tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan
tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain.
Riwayat
antenatal care meliputi: dimana tempat pelayanan, beberapa kali, perawatan
serta pengobatannya yang didapat.
2.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan
tanda-tanda vital:
a. Suhu
badan. Suhu biasanya meningkat sampai 380 C dianggap normal. Setelah
satu hari suhu akan kembali normal (360 C – 370 C),
terjadi penurunan akibat hipovolemia.
b. Denyut
nadi. Nadi akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi hipovolemia yang
semakin berat.
c. Tekanan
darah. Tekanan darah biasanya stabil, memperingan hipovolemia.
d. Pernafasan.
Bila suhu dan nadi tidak normal, pernafasan juga menjadi tidak normal.
Pemeriksaan
Khusus:
Observasi
setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda komplikasi dengan mengevaluasi
sistem dalam tubuh. Pengkajian ini meliputi:
a. Nyeri/ketidaknyamanan:
nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan), ketidaknyamanan
vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma).
b. Sistem vaskuler:
1) Perdarahan
di observasi tiap 2 jam selama 8 jam 1, kemudian tiap 8 jam berikutnya.
2) Tensi
diawasi tiap 8 jam.
3) Apakah
ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit, bengkak dan merah.
4) Haemorroid
diobservasi tiap 8 jam terhadap besar dan kekenyalan.
5) Riwayat
anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis, defek koagulasi kongenital,
idiopatik trombositopeni purpura.
c. Sistem
Reproduksi
1) Uterus
diobservasi tiap 30 menit selama empat hari post partum, kemudian tiap 8 jam
selama 3 hari meliputi tinggi fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya.
2) Lochea
diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap warna, banyak dan bau.
3) Perineum
diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi, luka jahitan dan
apakah ada jahitannya yang lepas.
4) Vulva
dilihat apakah ada edema atau tidak.
5) Payudara
dilihat kondisi areola, konsistensi dan kolostrum.
6) Tinggi
fundus atau badan terus gagal kembali pada ukuran dan fungsi sebelum kehamilan
(sub involusi).
d. Traktus
urinarius.
Diobservasi tiap 2 jam
selama 2 hari pertama. Meliputi miksi lancar atau tidak, spontan dan lain-lain.
e. Traktur gastro intestinal.
Observasi
terhadap nafsu makan dan obstipasi.
f. Integritas Ego: mungkin cemas, ketakutan dan
khawatir.
Pemeriksaan penunjang
b. Jumlah
darah lengkap: menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan jumlah sel darah
putuih (SDP). (Hb saat tidak hamil: 12-16gr/dl, saat hamil: 10-14gr/dl. Ht saat
tidak hamil: 37%-47%, saat hamil:32%-42%. Total SDP saat tidak hamil
4.500-10.000/mm3. saat hamil 5.000-15.000).
c. Kultur
uterus dan vagina: mengesampingkan infeksi pasca partum.
d. Urinalisis:
memastikan kerusakan kandung kemih.
e. Profil
koagulasi: peningkatan degradasi, kadar produk fibrin/produk split fibrin
(FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen: masa tromboplastin partial diaktivasi,
masa tromboplastin partial (APT/PTT), masa protrombin memanjang pada KID
Sonografi: menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan.
C. Etiologi
Hemoragic Post Partum
Atonia Uteri
Adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi
rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari
tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.
Faktor predisposisinya adalah sebagai berikut:
1.
Regangan rahim berlebihan
karena kehamilan gemeli, polihidramnion, atau anak terlalu besar.
2.
Kelelahan karena
persalinan lama.
3.
Kehamilan grande-multipara
4.
Ibu dengan keadaan umum
yang jelek, anemis, atau menderita penyakit menahun.
5.
Mioma uteri yang
mengganggu kontraksi rahim
6.
Infeksi intrauterine
(korioamnion)
7.
Ada riwayat pernah atonia
uteri sebelumnya
D.
Tanda Dan Gejala Hemoragic Post Partum
Diagnosis
ditegakkan setelah bayi dan plasenta lahir tenyata perdarahan masih aktif dan
banyak, bergumpal dan pada palpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat
atau lebih dengan kontraksi yang lembek. Perlu diperhatikan pada saat atonia
uteri didiagnosis, maka pada saat itu juga masih ada darah sebanyak 500-1000 cc
yang sudah keluar dari pembuluh darah, tetapi masih terperangkap dalam uterus
dan harus diperhitungkan dalam kalkulasi pemberian darah pengganti.
E. Patofisiologi
Hemoragic
Post Partum
Dalam persalinan, pembuluh darah yang
ada di uterus melebar untuk meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan
subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh
darah-pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga
perdarahan terjadi terus menerus. Trauma jalan lahir seperti epiostomi yang
lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena
terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau
hipofibrinogemia karena tidak ada atau kurangnya fibrin untuk membantu proses
pembekuan darah juga merupakan penyebab dari perdarahan postpartum. Perdarahan
yang sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock hemoragik.
F.
Working Diagnose
Berdasarkan
gejala – gejala yang timbul pada pasien dalam skenario, pasien tersebut
menderita perdarahan pasca persalinan (et
causa atonia uteri).
Post
Partum Hemoragic/Perdarahan Pasca Persalinan:
Klasifikasi perdarahan postpartum:
1. Perdarahan post partum primer/dini (early postpartum
hemaragic), yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab
utamanya adalah atonia uteri, retention plasenta, sisa plasenta dan robekan
jalan lahir. Banyaknya terjadi pada 2 jam pertama.
2. Perdarahan Post Partum Sekunder/lambat (late postpartum
hemoragic), yaitu-perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama.
3. Untuk membuat diagnosis perdarahan postpartum perlu diperhatikan
ada perdarahan yang menimbulkan hipotensi dan anemia. apabila hal ini dibiarkan
berlangsung terus, pasien akan jatuh dalam keadaan syok. Perdarahan postpartum
tidak hanya terjadi pada mereka yang mempunyai predisposisi, tetapi pada setiap
persalinan kemungkinan untuk terjadinya perdarahan postpartum selalu ada.
4. Perdarahan yang terjadi dapat deras atau merembes. Perdarahan
yang deras biasanya akan segera menarik perhatian, sehingga cepat ditangani
sedangkan perdarahan yang merembes karena kurang nampak sering kali tidak
mendapat perhatian. Perdarahan yang bersifat merembes bila berlangsung lama
akan mengakibatkan kehilangan darah yang banyak. Untuk menentukan jumlah
perdarahan, maka darah yang keluar setelah uri lahir harus ditampung dan
dicatat.
5. Kadang-kadang perdarahan terjadi tidak keluar dari vagina,
tetapi menumpuk di vagina dan di dalam uterus. Keadaan ini biasanya diketahui
karena adanya kenaikan fundus uteri setelah urin keluar. Untuk menentukan
etiologi dari perdarahan postpartum diperlukan pemeriksaan lengkap yang
meliputi anamnesis, pemeriksaan umum, pemeriksaan abdomen dan pemeriksaan
dalam.
6. Pada atonia uteri terjadi kegagalan kontraksi uterus, sehingga
pada palpasi abdomen uterus didapatkan membesar dan lembek. Sedangkan pada
laserasi jalan lahir uterus berkontraksi dengan baik sehingga pada palpasi
teraba uterus yang keras. Dengan pemeriksaan dalam dilakukan eksplorasi vagina,
uterus dan pemeriksaan inspekulo. Dengan cara ini dapat ditentukan adanya
robekan dari serviks, vagina, hematoma dan adanya sisa-sisa plasenta
G.
Manifestasi klinis
Gejala Klinis umum yang terjadi
adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (> 500 ml), nadi lemah,
pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi
syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual.
Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
a. Atonia Uteri:
Gejala
yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan segera
setelah anak lahir (perarahan postpartum primer)
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain.
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain.
b. Robekan jalan lahir
Gejala
yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah bayi
lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik.
Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil.
Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil.
c. Retensio plasenta
Gejala
yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera,
kontraksi uterus baik.
Gejala
yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi
uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan.
d. Tertinggalnya plasenta (sisa
plasenta)
Gejala
yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah)
tidak lengkap dan perdarahan segera
Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
e. Inversio uterus
Gejala
yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali
pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau
berat.
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat
I.
Penatalaksanaan Hemoragic Post Partum
Langkah berikutnya dalam upaya mencegah
atonia uteri ialah melakukan penanganan kala tiga secara aktif, yaitu:
1.
Menyuntikan Oksitosin
a.
Memeriksa fundus uteri untuk
memastikan kehamilan tunggal.
b.
Menyuntikan Oksitosin 10 IU
secara intramuskuler pada bagian luar paha kanan 1/3 atas setelah melakukan
aspirasi terlebih dahulu untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak mengenai
pembuluh darah.
2.
Peregangan Tali Pusat Terkendali
a.
Memindahkan klem pada tali
pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva atau menggulung tali pusat.
b.
Meletakan tangan kiri di
atas simpisis menahan bagian bawah uterus, sementara tangan kanan memegang tali
pusat menggunakan klem atau kain kasa dengan jarak 5-10 cm dari vulva.
c.
Saat uterus kontraksi,
menegangkan tali pusat dengan tangan kanan sementara tangan kiri menekan uterus
dengan hati-hati ke arah dorso-kranial.
3.
Mengeluarkan plasenta
a.
Jika dengan penegangan tali
pusat terkendali tali pusat terlihat bertambah panjangdan terasa adanya
pelepasan plasenta, minta ibu untuk meneran sedikit sementara tangan kanan
menarik tali pusat ke arah bahwa kemudian ke atas sesuai dengan kurve jalan
lahir hingga plasenta tampak pada vulva.
b.
Bila tali pusat bertambah
panjang tetapi plasenta belum lahir, pindahkan kembali klem hingga berjarak ±
5-10 dari vulva.
c.
Bila plasenta belum lepas
setelah mencoba langkah tersebut selama 15 menit.
d.
Suntikan ulang 10 IU
Oksitosin i.m - Periksa kandung kemih, lakukan kateterisasi bila penuh.
e.
Tunggu 15 menit, bila belum
lahir lakukan tindakan plasenta manual
4.
Setelah plasenta tampak pada
vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila terasa ada tahanan,
penegangan plasenta dan selaput secara perlahan dan sabar untuk mencegah
robeknya selaput ketuban.
5.
Masase Uterus
a.
Segera setelah plasenta
lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus secara
sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus
baik (fundus teraba keras)
6.
Memeriksa kemungkinan adanya
perdarahan pasca persalinan
a.
Kelengkapan plasenta dan
ketuban
b.
Kontraksi uterus
c.
Perlukaan jalan lahir
Kompresi Bimanual Internal
Letakan satu tangan anda pada dinding
perut, dan usahakan untuk menahan bagian belakang uterus sejauh mungkin.
Letakkan tangan yang lain pada korpus depan dari dalam vagina, kemudian tekan
kedua tangan untuk mengkompresi pembuluh darah di dinding uterus. Amati jumlah
darah yang keluar yang ditampung dalam pan. Jika perdarahan berkurang, teruskan
kompresi, pertahankan hingga uterus dapat berkontraksi atau hingga pasien
sampai di tempat rujukan. Jika tidak berhasil, cobalah mengajarkan pada
keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal sambil penolong melakukan
tahapan selanjutnya untuk penatalaksaan atonia uteri
Gambar 1. Kompresi Bimanual Internal.
J.
Komplikasi
Hemoragic
Post Partum
Perdarahan postpartum yang tidak ditangani dapat mengakibatkan:
- Syok hemorragic
Akibat terjadinya
perdarahan, ibu akan mengalami syok dan menurunnya kesadaran akibat banyaknya
darah yang keluar. Hal ini menyebabkan gangguan sirkulasi darah ke seluruh
tubuh dan dapat menyebabkan hipovolemia berat. Apabila hal ini tidak ditangani
dengan cepat dan tepat, maka akan menyebabkan kerusakan atau nekrosis tubulus
renal dan selanjutnya merusak bagian korteks renal yang dipenuhi 90% darah di
ginjal. Bila hal ini terus terjadi maka akan menyebabkan ibu tidak
terselamatkan
- Anemia
Anemia terjadi akibat
banyaknya darah yang keluar dan menyebabkan perubahan hemostasis dalam darah,
juga termasuk hematokrit darah. Anemia dapat berlanjut menjadi masalah apabila
tidak ditangani, yaitu pusing dan tidak bergairah dan juga akan berdampak juga
pada asupan ASI bayi.
- Sindrom Sheehan
Hal ini terjadi karena,
akibat jangka panjang dari perdarahan postpartum sampai syok. Sindrom ini
disebabkan karena hipovolemia yang dapat menyebabkan nekrosis kelenjar
hipofisis. Nekrosis kelenjar hipofisis dapat mempengaruhi sistem endokrin.
K. Pencegahan Hemoragic Post Partum
Klasifikasi kehamilan resiko rendah dan
resiko tinggi akan memudahkan penyelenggara pelayanan kesehatan untuk menata
strategi pelayanan ibu hamil saat perawatan antenatal dan melahirkan dengan
mengatur petugas kesehatan mana yang sesuai dan jenjang rumah sakit rujukan.
akan tetapi, pada saat proses persalinan, semua kehamilan mempunyai resiko
untuk terjadinya patologi persalinan, salah satunya adalah perdarahan
pascapersalinan. Antisipasi terhadap hal tersebut dapat dilakukan sebagai
berikut:
- Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keaadaan umum dan mengantisipasi setiap penyakit kronis, anemia, dan lain-lain sehingga pada saat hamil dan persalinan pasien tersebut ada dalam keadaan optimal
- Mengenal faktor predisposisi PPP seperti multipritas, anak besar, hamil kembar, dan lainnya yang resikonya akan muncul saat persalinan
- Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan pencegahan partus lama
- Kehamilan resiko tinggi agar melahirkan di fasilitas rumah sakit rujukan
- Kehamilan resiko rendah agar melahirkan di tenaga kesehatan terlatih dan menghindari persalinan dukun
- Menguasai langkah-langkah pertolongan pertama menghadapi PPP dan mengadakan rujukan sebagaimana mestinya
Perdarahan karena atonia uteri dapat dicegah dengan:
1.
Melakukan secara rutin
manajemen aktif kala III pada semua wanita yang bersalin karena hal ini dapat
menurunkan insiden perdarahan pascapersalinan akibat atonia uteri.
2.
Pemberian Misoprostol
peroral 2-3 tablet (400-600 mg) segera setelah bayi lahir.
L. Asuhan Keperawatan Hemoragic Post Partum
1. Pengkajian
Pada kasus perdarahan postpartum seharusnya dilakukan
pemeriksaan fisik secara keseluruhan dan lebih difokuskan pada:
a.
Aktivitas
atau istirahat, dengan melaporkan kelelahan berlebihan
b.
Sirkulasi.
Kehilangan darah pada kelahiran umumnya 400-500 ml (kelahiran per vaginam),
600-800 ml (kelahiran seksio caesarea) meskipun kehilangan darah sering
diabaikan. Riwayat anemia kronis, defek koagulasi congenital atau incidental,
serta idiopatik trombositopenia purpura.
c.
Integritas
ego. Cemas,ketakutan, dan khawatir
Perdarahan postpartum
awal (sampai 24 jam setelah kelahiran)
a.
Sirkulasi
1)
Perubahan
TD dan nadi (mungkin tidak terjadi sampai kehilangan darah bermakna).
2)
Perlambatan
pengisian kapiler.
3)
Pucat,kulit
dingin/lembab.
4)
Perdarahan
vena gelap dari uterus ada secara eksternal (plasenta tertahan).
5)
Dapat
mengalami perdarahan per vaginam berlebihan,rembesan dari insisi caesarea atau
episotomi, seperti: rembesan kateter intravena,injeksi intramuscular atau
kateter urinarius,perdarahan gusi (tanda-tanda koagulasi intravascular
diseminata).
6)
Hemoragic
berat atau gejala syok diluar proporsi jumlah kehilangan darah (inverse
uterus).
b.
Eliminasi
Kesulitan
berkemih dapat menunjukkan hematoma dari porsi vagina
c. Nyeri / ketidaknyamanan
Sensasi nyeri terbakar / robekan
(laserasi), nyeri vulva / vagina / pelvis / punggung berat (hematoma), nyeri
uterus lateral, nyeri panggul (hematoma ke dalam ligament luas), nyeri tekan
abdominal (atonia uterus, fragmen plasenta tertahan), nyeri abdominal (inverse
uterus).
d.
Keamanan
1)
Laserasi
jalan lahir: darah merah terang sedikit menetap (mungkin tersembunyi) dengan
uterus keras, uterus berkontraksi dengan baik,robekan terlihat pada labia
mayora/minora dari muara vagina ke perineum, robekan episiotomy luas, ekstensi
episiotomy ke dalam kubah vagina atau robekan pada serviks.
2)
Hematoma:
unilateral,penonjolan masa tegang berfluktuasi pada muara vagina atau meliputi
labia mayora,keras,nyeri pada sentuhan perubahan warna kemerahan atau kebiruan
unilateral kulit perineum atau bokong (hematoma abdominal setelah kelahiran
caesarea mungkin asimptomatik,kecuali pada perubahan tanda vital).
e.
Seksualitas
1)
Pembesaran
uterus lunak dan menonjol,sulit dipalpasi,perdarahan merah terang dari vagina
(lambat atau tersembunyi),bekuan-bekuan besar dikeluarkan dari masase uterus
(atonia uterus)
2)
Uterus
kuat,kontraksi baik atau kontraksi parstial dan agak menonjol (fragmen-fragmen
plasenta yang tertahan).
3)
Fundus
uterus terinversi mendekat pada kontak atau menonjol melalui os.eksternal
(inverse uterus).
4)
Kehamilan
baru dapat mempengaruhi hiperdistensi uterus (gestasi multiple
polihidramnion,makrosomia) abrupsi plasenta,plasenta previa.
Perdarahan postpartum
lambat (24-28 hari setelah kelahiran).
a. Sirkulasi
1)
Rembesan
kontinu atau rembesan tiba-tiba
2)
Kelihatan
pucat,anemis
b. Nyeri/ketidaknyamanan
1)
Nyeri
tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan)
2)
Ketidaknyamanan
vagina/pelvis,sakit punggung (hematoma)
c. Keamanan
1)
Lokia
berbau busuk (infeksi)
2)
Ketuban
pecah dini
d. Seksualitas
1)
Tinggi
fundus badan uterus gagal kembali pada ukuran dan fungsi sebelum kehamilan (subinvolusi).
2)
Leukore
mungkin ada
3)
Terlepasnya
jaringan
Pemeriksaan diagnostik
a.
Golongan
darah menentukan Rh,ABO,dan pencocokan silang.
b.
Jumlah
darah lengkap menunjukan penurunan Hb/Ht dan peningkatan jumlah sel darah putih
(perpindahan ke kiri dan peningkatan laju sedimentasi menunjukkan infeksi).
c.
Kultur
uterus dan vagina mengesampingkan infeksi postpartum.
d.
Urinalitas:
memastikan kerusakan kandung kemih.
e.
Profil
koagulasi : peningkatan degradasi kadar produk fibrin/produk split fibrin
(FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen masa tromboplastin parsial diaktivitas :
masa tromboplastin partial (APTT/PTT) masa protrombin memanjang pada KID.
f.
Sonografi
: menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan.
2.
Diagnosis Keperawatan
1.
Kekurangan
volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan vaskuler yang berlebihan.
2.
Perubahan
perfusi jaringan yang berhubungan dengan hipovolemia.
3.
Risiko
penurunan curah jantung yang berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
4.
Gangguan
pola nafas yang berhubungan dengan intake O2 yang rendah.
5.
Nyeri
yang berhubungan dengan episiotomy dan laserasi.
6.
Resiko
tinggi terjadinya infeksi yang berhubungan dengan adanya trauma jalan lahir.
7.
Gangguan
pola eliminasi urine yang berhubungan dengan pengeluaran renin
3.
Intervensi Keperawatan
a.
Diangnosa 1 :
Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan vaskuler yang
berlebihan ditandai dengan asidosis, takipnea, dispnea, dan syok hipovolemik.
Tujuan : Volume cairan yang adekuat.
Kriteria
Hasil : Tanda – tanda vital dalam batas normal,
pengisisan kapiler cepat (kurang dari 3 detik), sensorium tepat, input dan
output cairan seimbang, serta berat jenis urine dalam batas normal.
Intervensi
1) Kaji dan catat jumlah, tipe, dan isi
perdarahan. Timbang dan hitung pembalut. Simpan bekuan dan jaringan untuk evaluasi
oleh dokter. Rasional :
Perkiraan
kehilangan darah, arterial versus vena, dan adanya bekuan-bekuan membantu
membuat diagnosis banding serta menentukan kebutuhan pengantian (1 gr peningkatan berat pembalut sama dengan kurang
lebih 1 ml kehilangan darah).
2) Kaji
lokasi uterus dan derajat kontrektilitas uterus. Dengan masase, penonjolan
uterus dengan satu tangan sambil menempatkan tangan kedua tepat di atas
simfisis pubis.
Rasional :
Derajat
kontraktilitas uterus membantu dalam diagnosis banding. Peningkatan
kontraktilitas myometrium dapat menurunkan kehilangan darah. Penempatan satu
tangan diatas simfisis pubis mencegah kemungkinan inversi uterus selama masase.
3) Perhatikan
hipotensi dan takikardi, perlambatan pengisian kapiler atau sianosis dasar
kuku, serta membrane mukosa dan bibir.
Rasional :
Tanda-tanda
menunjukan hipovolemik dan terjadinya syok. Perubahan tekanan darah tidak dapat
terdeteksi sampai volume cairan menurun hingga 30-50%. Sianosis adalah tanda
ahkir dari hipoksia.
4) Pantau
masukan dan keluaran : perhatikan berat jenis urin.
Rasional :
Bermanfaat
dalam memperkirakan luas / signifikansi kehilangan cairan.Volume perfusi atau
sirkulasi adekuat di tunjukan dengan keluaran 3-50 %. Sianosis adalah tanda
ahkir dari hipoksia.
5) Pantau
masukan dan keluaran : perhatikan berat jenis urin.
Rasional :
Bermanfaat
dalam memperkirakan luas / signifikansi kehilangan cairan. Volume perfusi atau
sirkulasi adekuat di tunjukan dengan huaran 3-50 per jam atau lebih besar.
6) Berikan
lingkungan yang tenang dan psikologis.
Rasional :
Meningkatkan
relaksai, menurunkan ansietas, dan kebutuhan metabolik.
b. Diagnosa 2 : Perubahan perpusi jaringan yang
berhubungan dengan hipovolemia ditandai dengan pengisian kapilari lamba, pucat,
kulit dingin atau lembab, penurunan produksi ASI.
Tujuan :
Perpusi jaringan kembali normal.
Kriteriahasil : TD, nadi darah arteri,
Hb atau Ht dalam batas normal; pengisian kapilar cepat; fungsi hormonal normal
menunjukan dengan suplai ASI adekuat untuk laktasi dan mengalami menstruasi
normal.
Intervensi
1)
Perhatikan Hb/Ht sebelum dan sesudah
kehilangan darah. Kaji status nutrisi, tinggi, dan berat badan.
Rasional
:
Nilai
bandingan membantu menentu beratnya kehilangan darah. Status sebelumnya dari
kesehatan yang buruk meningkatkan luasnya cedera karena kekurangan O2.
2)
Pantau tanda vital, catat derajat, dan
durasi episode hipovolemik.
Rasional
:
Luasnya
keterlibatan hipofisi dapat dihubungkan dengan derajat dan durasi hipotensi.
Peningkatan frekuensi pernafasan dapat menunjukan upaya untuk mengatasi ASI
dosis metabolic.
3)
Perhatikan tingkat kesadaran dan adanya
perubahan perilaku.
Rasional
:
Perubahan
sensorium adalah indicator dini hipoksia, sianosis tanda lanjut, mungkin tidak
tampak sampai kadar PO2 turun dibawah 50mmHg.
4)
Kaji warna dasar kuku mukosa mulut, gusi, dan lidah serta
perhatikan suhu kulit.
Rasional
:
Pada
kompensasi vasokontriksi dan pirau organ vital sirkulasi pada pembuluh darah perifer
di turunkan yang mengakibatkan sianosis dan suhu kulit dingin.
5)
Kaji payudarah setiap hari, perhatikan
ada atau tidaknya laktasi dan perubahan ukuran payu darah.
Rasional
:
Kerusakan
hipofisi anterior menurunkan kadar prolactin, mengakibatkan tidak adanya
produksi ASI, dan ahkirnya menurunkan jaringan kelenjar payudarah.
Kolaborasi
1)
Pantau kadar Ph
Rasional
:
Membantu
dalam mendiagnosis derajat hipoksia jaringan atau asidosis yang di akibatkan
oleh terbentuknya asam laktat dari metabolisme anaerobik.
2)
Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
Rasional
:
Memaksimalkan
ketersediaan oksigen untuk transpor sirkulasi ke jaringan.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi
merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah di rencanakan, mencakup
tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan
keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk
kesehatan lainya.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan
keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama seperti dokter atau
petugas kesehatan lain.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan Merupakan
hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak di
capai.
Patway Hemoragic Post Partum.
Trauma jalan lahir,
Episiotomy yang lebar, Laserasi perineum, vagina dan serviks ruptur
|
Kegagalan kompresi
pembuluh darah, miometrium hipotonus, retensi sisa plasenta
|
Gangguan koagulasi
|
perdarahan
|
Kehilangan vaskuler yang
berlebihan
|
Gangguan sirkulasi
|
Kompensasi jantung
|
Ginjal mengeluarkan
eritropoetin
|
MK :
Gangguan pada pola eliminasi
|
oliguria
|
Urine output menurun
|
GFR menurun
|
Vasokontriksi
|
paru
|
Sianosis respiratorik
|
Hipoksia
|
Intake O2
|
Nyeri, kemerahan, udema
|
Hematoma bagian atas
vagina
|
MK :
Nyeri risiko tinggi infeksi
|
perifer
|
MK:
Perubahan perfusi jaringan
|
Pucat,kulit dingin / lembab
|
Keterlambatan pengisian kapiler
|
Hepovolemi (kurang suplay)
|
MK :
Gangguan pola nafas
|
Takipnea dyspnea
|
Takikardi hipertropi
|
Tidak terkompensasi
|
MK:
Resiko penurunan curah jantung
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perdarahan postpartum
adalah hilangnya darah lebih 500 ml selama atau setelah melahirkan. Berdasarkan gejala – gejala yang timbul pada pasien dalam
skenario, pasien tersebut menderita perdarahan pasca persalinan. Penangan yang
tepat dapat menyembuhkan dan menghindari resiko komplikasi pada pasien.
Pemeriksaan Untuk Mendiagnosa Pendarahan Post Partum dapat dilakukan dengan Anamnesis, pemeriksaan fisik yang meliputi tanda-tanda vital
dan pemeriksaan penujang.
Perdarahan postpartum yang tidak ditangani dapat mengakibatkan:
1.
Syok hemorragic
2.
Anemia
3.
Sindrom
sheehan
Antisipasi terhadap perdarahan post partum dapat dilakukan sebagai
berikut:
- Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keaadaan umum dan mengantisipasi setiap penyakit kronis, anemia, dan lain-lain sehingga pada saat hamil dan persalinan pasien tersebut ada dalam keadaan optimal
- Mengenal faktor predisposisi PPP seperti multipritas, anak besar, hamil kembar, dan lainnya yang resikonya akan muncul saat persalinan
- Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan pencegahan partus lama
- Kehamilan resiko tinggi agar melahirkan di fasilitas rumah sakit rujukan
- Kehamilan resiko rendah agar melahirkan di tenaga kesehatan terlatih dan menghindari persalinan duku
- Menguasai langkah-langkah pertolongan pertama menghadapi PPP dan mengadakan rujukan sebagaimana mestinya
DAFTAR PUSTAKA
Angsar, M. D. , 1999 , Perlukaan Alat-alat Genital dalam Ilmu
Kandungan , Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Mitayani
. 2009 . Asuhan Keperawatan Maternitas
. Salemba Medika : Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar